Beliau bukan guru sekolah, Beliau adalah seorang guru les. Tapi saya lebih merasa bahwa Beliau lah guru terbaik saya. Beliau adalah seorang guru les yang sangat berdedikasi bagi saya dan adek saya. Saat ada tugas atau ujian, Beliau tidak akan keberatan jam berapapun kami datang untuk belajar atau sekedar bertanya sesuatu. Beliau tidak hanya menganggap kami murid sepertinya, kami sudah seperti anak Beliau. Saat pohon pepaya atau pohon mangga dibelakang rumah berbuah, Beliau akan mengupaskan untuk kita santap bersama. Saat istrinya membuat penganan kami pun akan kebagian mencicipi.
Tidak hanya pelajaran yang dibagi pada kami. Pengalaman-pengalaman hidup pun dibaginya dengan senang hati pada kami. Terimakasih Pak, telah turut membuat kami menjadi "orang".
Saya tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Timur, Kota Blitar. Disana tidak ada universitas negeri yang baik, jadi biasanya kami akan merantau selepas SMA untuk melanjutkan pendidikan. Dan sejak saat itu sampai bekerja, saya selalu menyempatkan untuk mengunjungi Beliau pada libur Lebaran. Sampai pada Lebaran beberapa tahun yang lalu, seperti biasa kami datang berkunjung. Pintu depan terbuka, tapi susunan barangnya tidak terlihat seperti biasanya. Sampai beberapa saat kami mengetok pintu dan mengucap salam tetapi tetap tidak ada sahutan. Akhirnya seorang tetangga mendatangi kami dan menanyakan mau menjadi siapa. Saya pun menjawab ingin ketemu dengan Pak Guru. Kemudian tetangga tersebut terdiam sebentar dan menjawab "Pak Guru sudah meninggal beberapa bulan lalu."
Pak Jani, maafkan saya Pak... Bahkan saya tidak tahu saat terakhir Bapak. Padahal untuk saya menjadi seperti sekarang ada peran besar Bapak disitu.
Maaf Pak....
Rasanya tak cukup kata maaf saya
Rasanya tak cukup kata terimakasih saya
Hanya doa yang dapat terus murid Bapak ini persembahkan untuk Bapak
NB: Tulisan ini dibuat untuk Lomba Menulis "Guruku Pahlawanku"
http://lagaligo.org/lomba-menulis
Tidak hanya pelajaran yang dibagi pada kami. Pengalaman-pengalaman hidup pun dibaginya dengan senang hati pada kami. Terimakasih Pak, telah turut membuat kami menjadi "orang".
Saya tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Timur, Kota Blitar. Disana tidak ada universitas negeri yang baik, jadi biasanya kami akan merantau selepas SMA untuk melanjutkan pendidikan. Dan sejak saat itu sampai bekerja, saya selalu menyempatkan untuk mengunjungi Beliau pada libur Lebaran. Sampai pada Lebaran beberapa tahun yang lalu, seperti biasa kami datang berkunjung. Pintu depan terbuka, tapi susunan barangnya tidak terlihat seperti biasanya. Sampai beberapa saat kami mengetok pintu dan mengucap salam tetapi tetap tidak ada sahutan. Akhirnya seorang tetangga mendatangi kami dan menanyakan mau menjadi siapa. Saya pun menjawab ingin ketemu dengan Pak Guru. Kemudian tetangga tersebut terdiam sebentar dan menjawab "Pak Guru sudah meninggal beberapa bulan lalu."
Pak Jani, maafkan saya Pak... Bahkan saya tidak tahu saat terakhir Bapak. Padahal untuk saya menjadi seperti sekarang ada peran besar Bapak disitu.
Maaf Pak....
Rasanya tak cukup kata maaf saya
Rasanya tak cukup kata terimakasih saya
Hanya doa yang dapat terus murid Bapak ini persembahkan untuk Bapak
NB: Tulisan ini dibuat untuk Lomba Menulis "Guruku Pahlawanku"
http://lagaligo.org/lomba-menulis
Comments
Post a Comment